Minggu, 31 Agustus 2014

Stok Tergerus, Aluminium Kian Perkasa


Tokyo. Aluminium membukukan kenaikan harga untuk hari keempat. Pasalnya, stok yang dipantau London Metal Exchange jatuh ke level terendah dalam dua tahun di tengah penurunan produksi dan naiknya permintaan dari industri otomotif.
Stok London Metal Exchange (LME) telah memasuki hari ke-11 penurunannya dan jatuh hingga 4,81 juta metrik ton, terendah sejak Juli 2012.
United Co Rusal, perusahaan aluminium terbesar di dunia, mengatakan bahwa defisit pasar yang terjadi saat ini bisa berlanjut dan tumbuh hingga akhir tahun 2014.
Sementara itu, Fund Manager Astamax Asset Management Tetsu Emori mengatakan naiknya aluminium didorong oleh minimnya stok dan prospek bullish dari Rusal. Seperti yang dilansir market.bisnis.com
“Harga akan mencoba untuk menyentuh level US$2.100 lagi,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Kamis (28/8/2014). Pada perdagangan malam ini, aluminium untuk pengiriman tiga bulan di LME naik 0,2% ke level US$2.089 per metrik ton. **SAB**

Minggu, 24 Agustus 2014

Arbaya Energi Kerja Sama dengan Perusahaan Alumunium Rusia "UC RUSAL"

UC Rusal, Produsen aluminium berskala global mengumumkan penandatangan nota kesepakatan ( Memorandum of Undestanding (MOU) dengan PT Arbaya Energi, anak usaha Satmarindo Group untuk melakukan eksplorasi bauksit dan memproduksi alumina di kalimantan Barat. 

Kerja sama dua pihak tersebut ditandatangani CEO Rusal Oleg Deripaska dan Direktur Utama PT Arbaya Energi Suryo B. Sulistyo pada acara Kerjasama antar Pemerintah Rusia dan Indonesia dalam Bidang Perdagangan, Ekonomi, dan Teknik di Jakarta, Selasa 25 Februari 2014.

Nota kesepakatan itu akan ditindaklanjuti dengan pembicaraan detail terkait teknis pelaksanaan investasi tersebut. Pada tahap pertama, kedua belah pihak sepakat untuk mengucurkan investasi demi membangun sejumlah infrastruktur yang memadai untuk merealisasikan kerja sama tersebut.

Dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews, Rabu 26 Februari 2014, Deripaska menjelaskan bahwa Rusal  sangat senang bekerja sama dengan PT Arbaya Energi dalam mengeksplorasi dan melakukan aktivitas tambang bauksit serta memproduksi alumina di Indonesia.

Menurut Deripaska, bahwa perusahaannya sangat berminat untuk melakukan ekspansi ke wilayah Asia Tenggara sejak lama. Karena Rusal melihat bahwa pasar Asia Tenggara memiliki keunggulan tersendiri di dunia pertambangan global. "Langkah ini akan menjadi pijakan yang baik bagi bisnis kami secara global,” ujar Deripaska.

Dalam lawatan bisnisnya tahun lalu, ia melanjutkan, Rusal telah mengemukakan keinginannya untuk berinvestasi di Indonesia. Rusal kala itu sedang mencari partner strategis mitra nasional yang dapat diajak bekerja sama demi mewujudkan investasi tambang bauksit dan memproduksi alumina di Indonesia.

Keinginan untuk menanamkan investasi di Indonesia, menurut Deripaska, dilatarbelakangi oleh kenyataan pertambangan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang luar biasa dalam beberapa tahun belakang ini. "Indonesia telah menjadi negara penghasil bauksit terbesar ketiga di dunia," kata dia.

Direktur Utama PT Arbaya Energi, Suryo B. Sulistyo, menyambut baik kerja sama dengan Rusal yang merupakan salah satu perusahaan aluminium terbesar di dunia. Ia meyakini kerja sama ini akan menaikkan posisi Indonesia di mata industri pertambangan dunia. Langkah ini sekaligus mendukung kebijakan pemerintah dalam membentuk industri pengolahan nasional berskala internasional.

"Kami berharap kerja sama ini mampu menyumbang nilai tambah yang signifikan untuk sektor pertambangan nasional dan kemajuan masyarakat Indonesia,” kata Suryo. Sumber:vivanews  **SAB**

INDAL Aluminium Incar Kenaikan Harga 20%

PT Indal Aluminium Industry Tbk mengincar pertumbuhan harga produk aluminium hingga 20% setelah menginvestasikan US$2 juta untuk menambah fasilitas produksi atau coating (mesin pelapis aluminium) tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Indal Aluminium Industry Ariawan Wiradinata mengatakan ekspansi penambahan fasilitas tersebut sudah berjalan dan ditargetkan selesai akhir tahun dan mulai beroperasi pada 2015.
"Volume produksi tahun ini memang belum ditambah, tetapi kami menambah fasilitas coating agar ada nilai tambahnya sehingga produk yang dijual tidak sekedar aluminium polos. Secara umum harga produk yang pakai lapisan bisa lebih tinggi 10%-20% dari harga standar," jelasnya saat ditemui di sela-sela Halal Bihalal Bursa Efek Indonesia, di Surabaya, Selasa (19/8/2014).
Ariawan menjelaskan harga jual produk aluminium berlapis bisa lebih tinggi lantaran bisa tahan hingga 20 tahun. Kebanyakan, produk berlapis tersebut dikonsumsi untuk proyek-proyek konstruksi dalam negeri seperti proyek high rise building.
"Itu sebabnya, kami lebih banyak memenuhi kebutuhan dalam negeri dulu karena pasar ekspor selama ini hanya membeli aluminium dalam bentuk lonjoran tanpa lapisan-lapisan yang harganya lebih rendah," ujarnya.
Dia menambahkan meski pasar domestik menjadi prioritas, tetapi perseroan tidak mengabaikan pasar ekspor yang memiliki potensi besar ketika pasar ekspor mengalami stagnansi produk. Sehingga anak usaha Maspion Grup itu pun bisa mengekspor lebih banyak ke luar negeri.
Selain itu, pasar dalam negeri saat ini juga lebih terbuka lebar karena adanya pembangunan infrastruktur di luar Jawa seperti Kalimantan dan Sulawesi.

"Selama ada proyek gedung bertingkat, penjualan kami jalan terus. Sekarang ini kami sudah punya pasar di Sulawesi untuk proyek perkantoran dan hotel, tetapi pasar terbesar domestik masih Jakarta dan Jawa Timur," imbuh Ariawan. Sumber:surabayabisnis